Udang windu adalah satu diantara komoditas unggulan Indonesia. Sebutan lain untuk hewan ini adalah udang harimau lantaran ukurannya besar.
Bila dibanding dengan udang tipe lain, umpamanya udang vaname, udang windu lebih disukai lantaran dagingnya yg gurih dan ukurannya semakin besar.
Pembenihan udang windu telah masuk ke Indonesia dari beberapa puluh th. silam. Tak hanya air payau, udang windu juga dapat dibudidayakan di air tawar.
Hilal Hamdan, satu diantara entrepreneur udang windu, menyampaikan umumnya petani membudidayakan atau pembibitan udang windu di air tawar. Langkah ini juga untuk kurangi risiko penyakit pada bibit.
Maklum saja, angka kehidupan untuk binatang dengan nama latin Penaus monodon ini relatif kecil. “Angka kehidupannya dapat meraih 10%, ” tutur Hilal.
Hilal mulai membudidayakan udang windu dari th. 2000-an di Lamongan, Jawa Timur. Dapat disebutkan, budidaya serta pembibitan udang windu adalah warisan dari kakek neneknya. Ia mengelola kolam seluas lebih kurang 5 hektare yg dibagi jadi empat petakan.
Dalam satu bulan, Hilal dapat mengantongi omzet sekurang-kurangnya Rp 25 juta. Setiap bln., Hilal jual lebih kurang 2 juta ekor bibit udang windu. Sesaat, ia membanderol harga Rp 40 untuk setiap bibit, baik dalam wujud benur atau gelondongan yg memiliki ukuran 8 milimeter.
Tak hanya bibit, Hilal juga jual udang windu untuk mengonsumsi di pasar lebih kurang Lamongan dengan harga yg terjangkau oleh penduduk. Ia juga pasarkan udang windu ke sebagian area di Jakarta. Udang windu memiliki ukuran 70 gram di bandrol seharga Rp 25. 000 per kilogram.
Kata Hilal, walau angka kehidupan udang windu kecil, ia tetap dapat memperoleh untung yg relatif besar lantaran perawatan untuk hewan ini tergolong minim. “Untuk perawatan cuma keluarkan Rp 5 juta satu bulan, ” ucapnya. Menurut dia, untung dari jualan benur lebih gurih.
Sumber : Jaringan entrepreneur Muslim Indonesia
mencari peluang dikota jogja kecil menengah modal kecil