Olahan ayam merupakan menu favorite yang paling disukai orang banyak. Maka dari itu, banyak pelaku usaha kuliner yang menentukan ayam untuk menu andalan. Nah, olahan yang paling banyak didapati, yakni ayam goreng. Satu diantara yang mengusung menu ini yaitu Hendra Gunawan. Tidak sama dari ayam goreng umum, ia mengolahnya dengan racikan khas Sunda, yakni ayam serundeng.
Ayam serundeng adalah ayam goreng yang di sajikan dengan bumbu kelapa sangrai. Usaha yang dirintis dari 2007 itu mengusung merk Neng Yeye Ayam Serundeng.
Ada 50 varian menu yang di tawarkan Neng Yeye Ayam Serundeng, seperti ayam serundeng rica-rica, ayam serundeng goreng pedas serta manis. ” Kami menghidangkan 90% menu lokal, ” tutur Hendra. Satu porsi menu di bandrol harga berkisar Rp 12. 500 sampai Rp 15. 000.
Untuk memperluas usahanya, ia mulai memitrakan usaha Neng Yeye Ayam Serundeng pada th lalu. Saat ini, telah ada lima gerai yang menyebar di Bandung serta Garut. ” Satu gerai pusat, serta empat yang lain milik mitra, ” tutur Hendra.
Hendra tawarkan tiga paket kemitraan. Pertama, paket gerobak dengan investasi sejumlah Rp 7, 5 juta. Mitra memiliki hak memperoleh booth full branding, peralatan komplit, ayam goreng, kotak saji, seragam karyawan, kursus, 3. 000 lembar brosur dan banner.
Lalu, paket mini display dengan investasi Rp 9, 5 juta. Paket ini nyaris sama juga dengan paket gerobak, bedanya cuma pada booth permanen mini.
Paling akhir, paket big display dengan modal Rp 12, 5. Mitra bakal memperoleh booth permanen dengan ukuran semakin besar. ” Kami juga siapkan boks keliling memakai motor, bila mitra lebih sukai jenis itu, lantaran waktu ini belum ada orang yang jualan ayam goreng sembari keliling, ” terang Hendra.
Estimasi Hendra, satu gerai dapat jual minimum 25 porsi ayam serundeng /hari. Belum ditambah menu makanan yang lain. Jadi, rata-rata satu gerai dapat memperoleh omzet berkisar Rp 9, 3 juta – Rp 11, 2 juta satu bulan.
Oh ya, pihak pusat mengutip ongkos royalti sebesar 5% dari beberapa mitranya.
Menurut hitungan Hendra, sesudah dikurangi ongkos bahan baku, sewa tempat, ongkos operasional sampai upah karyawan, mitra usaha tetap dapat mengantongi laba bersih 30% dari omzet bulanan. Bila target terwujud, mitra berpeluang kembali modal kurun waktu tiga empat bln.