You are here
Home > Pojok UMKM > Menilik Nanang Syaifurozi dalam Merintis Bisnis Rumah Warna

Menilik Nanang Syaifurozi dalam Merintis Bisnis Rumah Warna

Menilik Nanang Syaifurozi dalam Merintis Bisnis Rumah WarnaMenilik Nanang Syaifurozi dalam Merintis Bisnis Rumah Warna – Ibarat peribahasa air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga. Nanang Syaifurozi mewarisi jiwa dagang orang tuanya yang mempunyai toko kelontong tradisional.

Tidak heran, mulai sejak di bangku sekolah, pria asal Banjarnegara, Jawa Tengah, ini telah getol berjualan. “Selain dapat memperoleh uang saku sendiri, ada perasaan bangga saat pulang ke rumah dapat katakan ke orang-tua bahwa duit saya masih ada,” kenang Nanang, sumringah.

Bahkan saat kuliah di Universitas Padjajaran Bandung Ia memilih untuk keluar dan kembali ke Jogja demi menjalankan bisnisnya. Di Jogja, pria lulusan D3 Jurusan Broadcasting UGM ini berjualan voucher pulsa. Ia juga tekuni usaha merakit komputer.

Sayang usaha perakitan komputer yang mulai berkembang terpaksa tutup di tengah jalan karena ada aturan mengenai hak paten dari software-software yang dipakai untuk komputer rakitannya. “Ternyata keluar UU IT perihal paten software. Jadi saya terpaksa tutup usaha perakitan computer lantaran takut, ” kisahnya.

Tetapi, semangatnya untuk berbisnis selalu menyala. Dengan rekan yang saat ini jadi istrinya, dia rajin menggali inspirasi dengan berjalan-jalan di pasar kaget UGM (sunmor) untuk melihat peluang bisnis yang menarik.

Kebetulan, saat itu tengah booming kertas daur ulang untuk bahan bingkai foto. “Jika umumnya bingkai foto dari kertas daur ulang berwarna cokelat, Istri saya memperoleh inspirasi untuk bikin bingkai foto yang berwarna-warni, ” kata Nanang.

Pada tahun 2002 dengan bermodal uang senilai Rp 50.000, Nanang beli kertas serta peralatan. Tidak diduga, Nanang lihai memproses warna serta kertas. Buktinya, pigura bikinannya banyak disukai masyarakat saat mencoba jualan di sunmor UGM.

Banyak yang memberikan pujian pada hasil kreasinya hingga ia juga merambah pembuatan pernak-pernik untuk remaja putri, termasuk juga tas. Walau usaha pernak-pernik yang dirintisnya belum genap 2 tahun, telah banyak yang mengenalnya.

Sesudah menikah dengan Anne Yarina Christi pada 2002, dia berusaha untuk memperluas pasar produknya. Mulai saat itu ia bikin merk Rumah Warna untuk product kerajinannya agar dapat lebih gampang ikuti pameran.

Nanang juga rajin ikut jadi peserta dari satu pameran ke pameran yang lain. Di samping untuk promosi produknya, langkah itu dipilihnya dengan maksud untuk menghimpun modal. Maklum, saat ajukan utang membesarkan usahanya, saat itu  bank belum mempercayainya.

Pada FKY yang diikuti Rumah Warna, Rumah Warna sukses mengantongi keuntungan Rp 10 juta. Hasil inilah yang diputar juga sebagai modal ekspansi. “Pesanan juga makin banyak lantaran kekhasan warna serta design yang kami pakai. Pada akhirnya, saya dapat merekrut 3 karyawan serta buka toko,” papar dia.

Pamor Rumah Warna juga makin melejit di Yogyakarta, juga di beberapa lokasi tanah air. Tidak mengherankan pada 2008 ia sudah mempunyai 6 toko dengan karyawan yang makin banyak.

Tetapi pada saat di titik itu, Nanang menilai usahanya telah mentok. Oleh karenanya, dia mencari inspirasi baru dengan membaca buku serta ikuti berbagai seminar. Dari seminar itu dia baru sadar jika usahanya belum apa-apa. Rumah Warna belum mempunyai misi serta visi ke depan.

Mulai sejak 2009, Nanang buka kemitraan Rumah Warna. Mitra dapat buka gerai Rumah Warna dengan pasokan barang yang di produksi Nanang. Tetapi, semua karyawan di gerai mitra adalah karyawan Nanang.

Penjualan product yang semakin besar membuat Nanang harus buka pabrik sendiri di Yogyakarta mulai sejak 2010. Saat ini dia mempunyai dua pabrik untuk penuhi pasarnya.

Walau pabriknya sudah besar, dia masih tetap memakai peralatan sederhana, seperti mesin jahit, mesin obras, serta peralatan design. Di samping memproduksi di pabrik sendiri, Nanang juga menggandeng mitra usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Yogyakarta. Ada 40 pelaku UMKM yang saat ini jadi mitra Rumah Warna.

Bukan hanya dalam produksi, Nanang juga semakin konsentrasi dalam menata pasar. Mulai sejak awal, dia mengambil keputusan segmen pasar remaja putri. Untuk menguatkan pasarnya itu, Rumah Warna melakukan branding dengan menggandeng girl band Supergirlies.

Supaya produknya tetap digemari remaja putri, Nanang sangatlah menonjolkan kelebihan design pada tiap-tiap produknya. “Saya rajin memonitor trend fashion serta aksesories yang tengah digemari remaja. Ini jadi pertimbangan dalam memastikan design product, ” katanya.

Di samping design, Nanang juga tidak segan dalam memilih warna yang cerah untuk setiap produknya. Karena warna cerah inilah yang menjadi salah satu ciri khas dari rumah warna. Nanang juga memberi garansi produknya. “Garansi ini menunjukkan bahwa kami konsern pada kwalitas, ” tutur dia.

Bersamaan meningkatnya usahanya, Nanang terus memperluas market share. Saat ini, dia juga mulai menawarkan product untuk cowok serta anak-anak. Jadi, sekarang ini selain Rumah Warna, Nanang memiliki brand yang lain, yaitu Rumah Warna Kids, Seephylliz, Speakkidz. “Kami meluncurkan brand baru itu mulai sejak 4 tahun ini,” kata Nanang.

Saat ini dari 75 gerai Rumah Warnanya Nanang dapat mengantongi omzet sampai miliaran rupiah. setiap gerai rata-rata Rp 60 juta setiap bulannya.

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Top