Terbuat dari singkong, gatot serta tiwul adalah makanan tradisional dari Gunungkidul, Yogyakarta. Apabila dulunya gatot serta tiwul senantiasa disamakan dengan makanan khas kelompok kelas bawah, saat ini ini makanan yg terbuat dari singkong kering (gaplek) ini jadi satu diantara oleh-oleh yg disukai beberapa wisatawan.
Satu di antara entrepreneur yg saat ini ini berhasil jadi produsen gatot serta tiwul di Gunungkidul yaitu Tuminah. Wanita paruh baya yg akrab dipanggil Yu Tum ini mulai mengembangkan usaha gatot serta tiwul pada th 1985 silam. Awalannya Ia menjual panganan gatot, tiwul, serta makanan tradisional khas Gunungkidul yang lain lewat cara berkeliling kampung.
Dari usaha kecil-kecilan yg Ia lakukan makin lama Yu Tum dapat menghimpun modal semakin besar hingga di th 2004 yg lalu Ia dapat buka toko sendiri yg berlokasi di Jalur Pramuka No. 36 Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta.
Perlahan tetapi pasti usaha makanan tradisional gatot serta tiwul yg ditelateni Yu Tum alami perubahan cukup cepat. Kerja kerasnya dalam pasarkan gatot serta tiwul dari kampung ke kampung, menghasilkan hasil manis sesudah Yu Tum resmi buka toko oleh-oleh di daerah Wonosari.
Melestarikan Makanan Tradisional Gunungkidul
Di bandrol dengan kisaran harga Rp 15. 000, 00 per besek (paket kotak dari bambu), tiap-tiap harinya toko oleh-oleh Yu Tum ramai pelanggan serta menghadirkan omzet penjualan yg terbilang cukup besar. Diakhir pekan umumnya Yu Tum menggunakan lebih kurang 70 kilogram tepung gaplek, sedang di hari-hari umum rata-rata mempunyai kapasitas produksi lebih kurang 50 kilogram per hri. Dari hasil penjualan produknya, sekurang-kurangnya Yu Tum dapat mengantongi omzet lebih kurang Rp 3 juta sampai Rp 4 juta dalam satu hari. Pastinya angka itu dapat naik sampai 2 x lipat saat masuk musim liburan ataupun lebaran.
Walau saat ini Yu Tum sudah menginjak umur 80 th, tetapi Ia terus menjaga resep tradisional untuk menghasilkan gatot serta tiwul. Hingga saat ini, Ia tetap memakai kayu bakar serta paket besek untuk melestarikan budaya lokal khas Gunungkidul itu. Juga, untuk melindungi mutu makanan tradisional yg Ia produksi, Yu Tum tak dulu memakai bahan pengawet apa pun. Hingga product gatot serta tiwul yg di produksi Yu Tum cuma dapat bertahan optimal dua hari.
Tetapi, untuk hindari kebosanan beberapa customer, saat ini ini Yu Tum sudah menginovasikan product tiwul Gunungkidul dalam beragam pilihan rasa. Seperti umpamanya tiwul rasa coklat atau keju, dan gatot rasa nangka.
Saat ini, kreatifitas serta inovasi yg diciptakan Yu Tum tidak cuma mengangkat citra makanan tradisional khas Gunungkidul, tetapi juga menghadirkan untung besar tiap-tiap bulannya. Semoga info cerita berhasil Yu Tum dalam mengenalkan gatot serta tiwul Gunungkidul dapat berikan inspirasi untuk beberapa pembaca untuk lekas terjun didunia usaha. Maju selalu UKM Indonesia serta salam berhasil!
Sumber: bisnisukm.com