Apa yang Anda pikirkan saat menyebutkan kuliner di Yogyakarta? Dapat di pastikan asosisasi umumnya orang tak lagi jauh-jauh dari gudeg. Makanan memiliki bahan baku gori (nangka muda) itu benar-benar sangat menempel dengan Yogyakarta. Karena sangat lekatnya, beberapa orang yang berasumsi “kalau Jogja ya gudeg, gudeg ya Jogja”. Gudeg juga yang bikin Jogja disebutkan untuk kota yg tidak sempat tidur, lantaran beberapa penjual gudeg silih bertukar menggelar dagangan dari pagi sampai tengah malam.
Dari beberapa puluh th lalu gudeg memanglah sudah jadi kuliner paling popular di Jogja. Bukan sekedar sentra gudeg, tetapi hampir di tiap-tiap pojok kota dapat ditemukan makanan yang nikmat di sajikan berbarengan sambel goreng (krecek) pedas itu. Banyak turis/wisatawan yang spesial jauh-jauh datang ke Jogja cuma mau nikmati gudeg, baik gudeg kering, gudeg basah, ataupun gudeg manggar. Sering mereka membawa gudeg untuk oleh-oleh dibawa pulang ke kota aslinya.
Lahirnya Inovasi Gudeg Kaleng
Waktu ini, bersamaan berkembangnya ilmu dan pengetahuan serta tehnologi, Anda tak perlu mesti jauh-jauh datang ke Jogja untuk nikmati kelezatan gudeg. Mengapa? Lantaran sudah ‘lahir’ kreasi gudeg yang dikemas memakai kaleng dengan daya tahan dapat hingga setahun. Yaitu Chumairo Ibnatul Arobiyah (25), atau yang umum disapa Mbak Yayah, yang tawarkan gudeg dalam kaleng, untuk alternatif oleh-oleh khas Jogja yg tidak cuma lezat, namun dapat dibawa kemana saja tiada cemas bakal basi.
“Kita tahu gudeg adalah makanan tradisional khas Jogja, hingga banyak wisatawan yang datang ke Jogja mau membawa (gudeg) untuk buah tangan, tetapi mereka kesusahan dengan gudeg konvensional yang barangkali cuma bakal bertahan dua hari, dari situ saya berpikir (diskusi juga dengan rekan) untuk mengkreasi gudeg yang dapat tahan lama, yaitu memakai paket kaleng, ” jelas Yayah pada tim liputan bisnisUKM di tempat tinggalnya. Untuk cewek yang mempunyai passion dalam bidang kuliner, Yayah merasa tertantang untuk membuat suatu kreasi gudeg yang dapat di nikmati seluruh orang tiada terkendala jarak serta saat.
Pada awalnya, alumni jurusan ekonomi manajemen perguruan tinggi swasta di Jogja itu mengenalkan gudeg kaleng kreasinya dalam Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan Ditjen Dikti. Dari situ, dia berpikir untuk melanjutkan hasil kreasinya itu dalam wujud suatu usaha. “Saya berpikir mengapa cuma berhenti di proposal saja, kebetulan inspirasi itu juga memperoleh animo dari pemerintah, hingga saya mantap untuk membuatnya untuk suatu usaha, ” lanjut Yayah.
Th 2010 jadi titik awal gadis yang aktif juga untuk hijab stylist itu meningkatkan usahanya. Support penuh dari keluarga makin memberikan keyakinan Yayah usahanya itu dapat di kembangkan seperti dengan impiannya. “Bagi saya support keluarga terlebih dari orang tua itu point terutama, lantaran tiada restu dari mereka tidak mungkin usaha kita dapat berkembang,” jelasnya. Mengusung Gudeg Kaleng Mbak Yayah untuk brand usahanya, Yayah mengawali pengembangan bisnisnya dengan aktif menjalin hubungan kerja berbarengan pihak-pihak seperti LIPI serta dinas-dinas pemerintah.
Melewati media on-line dan jejaring sosial, Yayah lakukan ‘petualangan’ bisnisnya dengan berbagi info (edukasi) ke penduduk berkenaan dengan produknya. Hal semacam itu dirasanya benar-benar bermanfaat lantaran penduduk belum demikian familiar dengan product gudeg kaleng, baik dari sisi rasa ataupun keawetan produknya. “Dukungan aktif dari sebagian pihak seperti dinas LIPI serta dinas pariwisata dalam mengenalkan product gudeg kaleng ini otomatis menolong saya dalam hal pemasaran, lantaran penduduk makin lama mulai tertarik dengan gudeg kaleng,” lanjut gadis yang tekuni usaha property itu juga.
Gudeg Kaleng yang Tidak Menggunakan Bahan Pengawet
Walau memakai kaleng untuk paket produknya, tetapi Yayah mengklaim bila produknya tak kalah dengan gudeg yang di jual dengan cara konvensional. Juga dari sisi komposisi, gudeg kaleng mbak yayah tergolong komplit, lantaran diisi gori, telur bebek 1 butir, ayam kampung suir, krecek, sambel goreng tempe, areh, serta cabe. “Gudeg kaleng ini berisi gudeg basah, di produksi tidak menggunakan bahan pengawet, MSG, ataupun pewarna, tetapi dapat bertahan setahun,” paparnya.
Yang jadi pertanyaan, mengapa dapat bertahan dengan cukup lama? Yayah yang waktu ini mulai di kenal juga untuk pembicara dalam seminar-seminar usaha kreatif berikan penuturannya dengan cara umum. “Makanan itu dapat basi lantaran bakteri, hingga kami lakukan sistem membunuh bakteri dengan vakumisasi, lalu memakai cairan spesial untuk meyakinkan kaleng aman serta tak bocor, hingga bakteri tak dapat masuk, ” jelas Yayah. Untuk sistem itu, waktu ini Yayah tetap minta bantuan LIPI, namun kurun waktu dekat dirinya telah bikin planning untuk dapat lakukan sistem itu sendiri.
Sesudah jalan lebih kurang 3 th, saat ini Yayah mulai nikmati sistem pengembangan usahanya. Dibantu 7 orang karyawannya, dalam satu bulan dirinya dapat menghasilkan 1.000 pcs gudeg kaleng per minggunya. Product gudeg kaleng itu kebanyakan dipasarkan ke luar kota, lantaran customer intinya datang dari ranah on-line. “Selain kami serta tim, untuk pemasaran juga dibantu rekan-teman yang dapat disebutkan on-line holic, mereka kami berikanlah keleluasaan untuk jadi reseller serta pasarkan product gudeg kaleng ini, ” imbuhnya.
Untuk Yayah, apa yang didapatkannya waktu ini tak lepas dari usaha keras dan evaluasi yang dikerjakannya dengan cara berkelanjutan, baik dari sisi product ataupun usahanya. Hal terutama yang Yayah rasakan yaitu merasa suka serta bangga saat dapat mengangkat Jogja dengan gudeg tradisionalnya jadi makanan moderen yang dapat di nikmati seluruh orang. “Menjadi harapan saya saat gudeg kaleng ini nanti bakal jadi satu diantara ikon Jogja, dan dapat merambah dunia internasional,” lanjut Yayah. Untuk ke arah situ, Yayah beserta tim selalu lakukan perbaikan di beragam bagian, dan memaksimalkan sistem pemasaran yang ada waktu ini.
Diakhir wawancara, Yayah sharing kunci suksesnya dalam menggerakkan usaha itu, terutama saat semula meningkatkan (startup). “Intinya janganlah takut untuk mengawali meskipun ada air mata pada mulanya, lalu janganlah takut menuangkan inspirasi yang kita punyai, dan paling utama restu serta dukungan segera dari ke-2 orang tua kita, ” jelasnya mantap.
Sumber: bisnisukm.com