You are here
Home > Kisah Sukses > Harianto Albarr, Pelita Dari Ampiri

Harianto Albarr, Pelita Dari Ampiri

Harianto AlbarrTidak mudah menyerah, kelihatannya jadi suatu kiasan yg cukup melukiskan kemauan seorang Harianto Albarr. Pemuda yg akrab disapa Anto ini mempunyai kemauan mulia, menerangi desa tanah kelahirannya. Desa area Anto ada berpenduduk lebih kurang 1. 500 orang, terdapat di lereng bukit Coppo Tile, utara Makassar.

Tak gampang untuk meraih desa yg di kelilingi perbukitan batu gersang ini. Diperlukan saat empat jam perjalanan darat menuju ke arah utara Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan. Kemudian dilanjutkan dengan menumpangi angkot sepanjang satu jam menyusuri jalur yg terkadang aspal terkadang berbatu di tepian jurang. Desa itu bernama Ampiri, yg dikategorikan sbg desa terpencil, lantaran keberadaannya tak dapat ditemukan didalam peta.

Orangtua HariantoAlbarr telah menetap di Ampiri sepanjang 30 th. serta sepanjang itu juga mereka tak dulu rasakan terangnya lampu. “Anak-anak tak dulu belajar pada malam hari lantaran tak ada penerangan, ” jelas Anto.

Beberapa besar warga desa tak dapat beli lampu petromaks. Lihat situasi itu sepanjang bertahun-tahun, mahasiswa Fakultas Kimia Kampus Negeri Makassar ini lalu tergerak untuk berbuat suatu hal untuk tanah kelahirannya. Ia mencetuskan inspirasi bikin kincir air pembangkit listrik pada 2008. Anto mempunyai misi untuk membuat jadi Ampiri terang dengan cost yg murah serta Mandiri.

Inspirasi yg dicetuskan Anto nyatanya disambut baik oleh warga Ampiri. Ia bukan sekedar merancang wujud namun juga lakukan survey dsb. “Sungai yg mengairi sawah di desa kami berdebit air tinggi. Di musim kemarau airnya memanglah berkurang, namun tak dulu kering, ” tutur Anto.

Rutinitas warga desa untuk bergotong royong meringankan gagasan ini untuk diwujudkan. Mereka berbarengan membendung sungai, menebang pohon aren untuk jadikan pipa yg mengalirkan air menuju generator bekas punya Pemda, untuk menggerakkan turbin yg terbuat dari kayu yg dipahat. Derasnya air dapat membuahkan listrik berkekuatan 3 Kwh, ini cukup bikin indikator lampu menyala, sampai motivasi warga desa lalu melambung.

Meskipun instalasi pertama yg tetap benar-benar simpel ini belum bikin lampu warga menyala, mereka telah mulai sadar bahwasanya kincir angin ini berguna serta memerlukan tenaga semakin besar supaya listrik dapat mengalir ke rumah-rumah. Pembangunan instalasi ke-2 lalu mesti menanti, lantaran minimnya dana yg dimiliki oleh warga. Dari info yg didapat melewati kepala desa, pendapatan rata-rata masyarakat cuma Rp 500 ribu per bln. yg didapat dari hasil bertani padi serta kacang tanah di sawah tadah hujan.

Hambatan lain lalu nampak, turbin kayu yg mereka pakai rusak, hingga mesti diganti dengan turbin yg terbuat dari besi sembari ganti generator jadi 5 Kwh. Tiga bln. lalu, mereka sukses beli generator yg dapat membuahkan listrik 10 Kwh dengan keseluruhan cost sebesar Rp 6 juta hasil urunan sebagian warga. Selanjutnya, instalasi ke-2 sukses berdiri pada 2009. Aliran airnya benar-benar deras serta bening. rumah-rumah serta masjid di Ampiri lalu terang.

Lihat hasil ini, warga lalu dengan suka-rela keluarkan dana sebesar Rp 10. 000 sampai Rp 30. 000 per bln. sbg iuran untuk cost perawatan. Bukan hanya itu, warga juga mengatur jadwal pemeliharaan serta perawatannya.

Pembuatan kincir air ini sesungguhnya ditujukan Anto untuk merubah pola pikir penduduk dalam makna yg sesungguhnya. Bukan sekedar pingin jadi pencetus terang desa saja, namun lebih dalam lagi. Ia inginkan penduduk bisa melaksanakan aktivitasnya sehari-hari memakai alat-alat yg telah maju yang bisa digerakkan oleh listrik.

Hadirnya listrik bikin keadaan sosial warga Ampiri membaik. Anak-anak telah dapat belajar pada malam hari, warga dapat beli lemari es yg digunakan untuk bikin es serta menjualnya, wawasan mereka jadi tambah lantaran telah dapat melihat televisi serta dengarkan radio, juga sebagian diantara warga telah dapat memasak nasi memakai rice cooker, seperti penduduk di kota besar biasanya. Bukan sekedar itu, motivasi kerja petani lalu makin tinggi. Keinginan listrik dari warga lalu meningkat, sampai instalasi ketiga yg berkapasitas 10 Kwh serta instalasi ke empat berkapasitas 20 Kwh di bangun.

Lihat pergantian positif ini, desa-desa lain di lebih kurang Ampiri selanjutnya juga berkeinginan untuk rasakan hal yg sama. Sekarang ini, kincir air pembangkit listrik punya Anto telah ada tujuh buah serta menyebar di tiga desa, empat di Desa Ampiri, satu di Desa Amerun serta dua di Desa Tampung. Anto rasakan suatu kebahagiaan yg tidak dapat diungkapkan dengan kalimat, lihat yang dimimpikan, ide serta kerja kerasnya berguna untuk penduduk sekitarnya.

“Sebenarnya Ampiri cuma butuh satu instalasi berkekuatan 50 Kwh untuk mengaliri listrik ke seluruh rumah warga, tetapi cost pembuatannya cukup mahal, lebih kurang Rp 100 juta, ” ungkap Anto. Namun ia tak putus harapan, Anto berkemauan untuk wujudkan ini. Atas pencapaiannya itu, Anto terima animo SATU Indonesia Awards 2012.

One thought on “Harianto Albarr, Pelita Dari Ampiri

Tinggalkan Balasan

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Top