“Butuh dana tunai tanpa jaminan sampai Rp 200 juta sistem cepat, hubungi 081… ” begitu pesan singkat yang tertulis pada telephone genggam. Sekilas pesan itu menarik, namun sebenarnya kita harus hati-hati lantaran dana tunai yaitu sama dengan utang maka pastinya utang itu sebaiknya bisa dikembalikan beserta dengan bunganya, ya beserta dengan bunganya serta seperti dengan periode waktu yang disepakatinya.
Lalu pertanyaan tersebut di sini apakah utang tak bisa saya ambil seumur hidup? Lebih baik mana kita berutang atau tunai dengan kata lain cash? Lalu bagaimana bila kita ada dalam keadaan terdesak jeratan utang? Bila selanjutnya kita mengambil keputusan untuk berutang serta atau menaikkan utang bagaimana kirannya saat yang paling pas untuk diambil?
Untuk menjawabnya marilah kita setujui dahulu bahwasanya rencana utang yaitu pinjam meminjam, dengan begitu lantaran berbentuk utang maka telah jadi keharusan untuk penerima utang (debitur) untuk kembalikan pada pemberi utang (kreditur) serta pastinya pengembalian itu mesti seperti dengan perjanjian debitur serta kreditur.
Umumnya dalam perjanjian itu ada factor yang menempel di dalamnya yakni periode waktu serta imbal hasil atau bunga utang. Utang benar-benar tidak sama dengan investasi, dalam investasi keharusan untuk berikan imbal hasil investasi bisa naik atau turun dari ekspektasi tengah utang biasanya mempunyai imbal hasil (bunga) yang terus dalam keadaan apa pun.
Dengan begitu utang mempunyai rencana yang benar-benar ketat (kembalikan dalam keadaan apa pun) maka telah jadi keharusan bahwasanya pengambilan utang sebaiknya penuhi aturan kerja produktif, konstruktif bukan hanya konsumtif.
Jadi untuk calon debitur, bila pingin mengambil utang maka pertimbangkanlah masak-masak sebagian factor di bawah ini :
Pemakaian dana utang, ya pikirkan dengan cara masak alokasi dana utang itu, ada tiga kemungkinan alokasi pemakaian dana utang yaitu :
1. Pemakaian produktif yakni utang untuk modal investasi atau modal kerja
2. Pemakaian konsumtif yakni utang untuk beli beberapa barang yang digunakan tidak ada kegiatan produktif dari barang tersebut
3. Pemakaian konstruktif yakni utang digunakan untuk membayar utang lama yang mempunyai tingkat bunga serta cicilan yang tinggi dari utang yang baru, dalam hal semacam ini debitur lakukan restrukturisasi yang berbentuk konstruktif atas keharusan pembayaran utang yang tengah jalan.
Kekuatan bayar cicilan yaitu besarnya tak melebihi dari 35 % dari pendapatan tiap-tiap bulannya, ini artinya benar-benar erat hubungannya dengan :
1. Periode waktu utang
2. Suku bunga utang.
Manajemen resiko atas utang itu, yaitu bila debitur wafat maka utang itu mesti telah dilindungi dengan asuransi jiwa dengan duit pertanggungan sekurang-kurangnya sama juga dengan jumlah utang itu.
Intinya calon debitur yang bakal berhutang mesti mencermati pemakaian dana serta kekuatan bayar, bila tak juga bakal terperosok dalam lubang utang yang semakin besar. Ke-2 hal itu sebaiknya dikerjakan dengan cara berbarengan juga sebelum saat utang diambil.
Tetapi adakalanya kita dalam posisi terdesak untuk membayar utang, umpamanya kita dalam tekanan pihak debt collector serta kita mengerti bahwasanya factor di atas tak bisa kita penuhi, tetapi utang baru walau bunga lebih tinggi terpaksa diambil sebagai pilihan tercepat, pada posisi ini maka dianjurkan tak mengambil utang yang baru, tetapi bicarakan dengan pihak kreditur untuk memperoleh keringanan.
Seperti ditulis Kompas. com, bila perbincangan dengan kreditur tak temukan hasil yang memuaskan maka alangkah sebaiknya untuk langkah paling akhir anda mulai meminta perlidungan dengan cara hukum lewat cara menghubungi konsultan hukum. Lantaran sebesar apapun utang bisa dipailitkan dengan cara hukum. Konsekuensi bila dipailitkan yaitu anda tak dapat untuk mengambil utang baru melewati bank sepanjang sekurang-kurangnya dalam tiga th, hal semacam ini dikarenakan status utang Anda di Bank Indonesia yaitu jadi 5 dengan kata lain dalam keadaan macet keseluruhan (pailit).
Dengan begitu dalam keadaan terdesak: “Janganlah mengambil utang baru dengan suku bunga semakin besar dan periode waktu yang lebih singkat dari utang yang lama (dengan argumen apa pun!), hal semacam ini bisa tercermin dengan besarnya cicilan utang baru melebihi cicilan utang yang lama. “
Hal di atas jadi acuan utama bila kita bakal mengambil utang baik dalam keadaan normal ataupun dalam keadaan terjepit atau terdesak.
Butuh diketahui jika kita memakai utang untuk pemakaian produktif, maka utang itu benar-benar punya potensi untuk mempercepat perkembangan aset kita, dalam hal semacam ini utang berperan untuk pengungkit (leverage) serta bakal berimbas pada perkembangan aset dengan cara penting.
Maka mana yang terbaik, kita memakai dana tunai atau mungkin dengan berutang? Jawabannya yaitu bila utang itu kita yakini adalah utang yang produktif maka silakan Anda berutang, tetapi duit tunai itu kita harus dialokasikan pada instrumen investasi yang aman umpamanya reksa dana pendapatan tatap atau bisa digabungkan dengan emas. Manfaat alokasi investasi ini yaitu tak hanya untuk melindungi nilai juga berperan untuk pengurang beban utang dengan cara akumulasi.
Anda tak perlu takut untuk berutang seandainya pemakaian utang yaitu dengan cara produktif, dengan syarat anda betul-betul mengkalkulasi pemakaian dana serta kekuatan bayar Anda dengan cara masak-masak.