Usaha untuk berdagang, atau belajar berdagang, bisa dikerjakan pada saat muda. Sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Pada umur lebih kurang 12 th., Muhammad kecil sudah belajar berdagang dengan cara magang dengan pamannya yg entrepreneur. Tidakkah itu telah dikerjakan oleh pedagang Cina pada anak-anaknya dalam mengelola warung serta toko yg mereka punyai?
Nio Gwan Chung dalam bukunya berjudul Muhammad SAW, The Super Leader Super Manager mengungkap cerita usaha Nabi Muhammad saw yg memperkaya dirinya dengan kejujuran, keteguhan memegang janji, serta sifat-sifat mulia yang lain. Diterbitkan oleh Tazkia Multimedia serta Prophetic Leadership & Management.
“Karir usaha Muhammad SAW diawali saat beliau turut pamannya berdagang ke Syria. Saat itu beliau tetap berusia 12 th. Dari tersebut Muhammad SAW lakukan sejenis kerja magang (internship) yg bermanfaat kelak saat beliau mengelola bisnisnya, ” catat Dr. Muhammad Syafii Antonio, M. Ec dengan kata lain Nio Gwan Chung, yg beribu Hajjah Suniah Badrahalim (Liem Soen Nio) serta berayah seorang Haksu atau Biksu Buddha Tridharma, Nio Sem Nyau.
Muhammad saw, lanjut Syafii Antonio, “Menjelang umur dewasa, beliau mengambil keputusan perdagangan sbg karirnya. Beliau mengerti bahwasanya bahwasanya pamannya tidaklah orang kaya tetapi mempunyai beban keluarga yg cukup besar. Oleh karenanya Muhammad SAW muda berpikiran untuk turut meringankan beban pamannya dengan berdagang. ”
“Agaknya, profesi sbg pedagang ini sudah diawali lebih awal dari pada yg di kenal umum dengan modal Khadijah. Saat meniti karirnya itu, beliau mengawali dengan berdagang kecil-kecilan di kota Makkah. Beliau beli barang-barang dari satu pasar lalu menjualnya pada orang lain. Hingga lalu beliau terima modal dari beberapa investor serta juga beberapa janda kaya serta anak-anak yatim yg tidak mampu menggerakkan sendiri dana mereka, serta menyongsong baik seseorang yg jujur untuk menggerakkan usaha dengan duit yg mereka punyai menurut hubungan kerja Mudharabah. ”
“Dengan demikianlah, terbukalah peluang yg luas untuk Muhammad SAW untuk masuk dunia usaha lewat cara menggerakkan modal orang lain, baik dengan upah (fee bases) ataupun dengan system untuk hasil (profit berbagi). ”
“Dalam menggerakkan bisnisnya itu, beliau memperkaya diri dengan kejujuran, keteguhan memegang janji, serta sifat-sifat mulia yang lain. Mengakibatkan, masyarakat Makkah mengetahui Muhammad SAW sbg seorang yg terpercaya (al-amin). Beberapa yang memiliki modal di Makkah saat itu makin banyak yg buka kesempatan kemitraan dengan Muhammad SAW. Salah seorang yang memiliki modal itu yaitu Khadijah yg tawarkan kemitraan menurut mudharabah (untuk hasil). Dalam hal semacam ini, Khadijah melakukan tindakan sbg pemodal (shahibul mal), sesaat Muhammad SAW sbg pengelola (mudharib). Belakangan, Muhammad SAW menikah dengan Khadijah serta menggerakkan usaha berbarengan. ”
Sumber : Jaringan Entrepreneur Muslim Indonesia